Arduino Mikro

Sensor Selenoida

Sensor Selenoida

Kalian pastinya sudah pernah melihat atau mendengar tentang "Sensor Solenoida" di kehidupan sehari-hari , buku, dan Google. Komponen listrik ini bisa digunakan untuk berbagai aplikasi. Pada artikel ini kita akan membahas lebih banyak tentang sensor selenoida.

Jadi, apakah itu sensor solenoida?

Diagram katup untuk mesin pembakaran internal
Diagram katup untuk mesin pembakaran internal dan simbolnya

Sensor solenoida ini digunakan dalam beragam sistem sekarang ini, mulai dari sirkuit pendingin hingga mobil, lewat instalasi gas, dan lain-lain. Sensor solenoida ini adalah perangkat yang dapat dioperasikan melalui sakelar termostatik, relai, dan lain-lain. Misalnya, dioperasikan secara elektrik. Adapun fungsinya yaitu untuk mengontrol aliran benda cair maupun gas dengan cara membuka atau menutup katup untuk memungkinkan lewatnya atau menahan lewatnya cairan tersebut. Definisi lainnya untuk sensor solenoida ini adalah sejenis faucet yang dioperasikan secara elektrik.

Adapun jenis sensor ini terdiri dari dua bagian penggerak dasar, yaitu :
- Solenoida :
Adalah alat yang berupa kumparan listrik (kawat tembaga yang digulung dan diisolasi) yang mampu menghasilkan medan magnet didalamnya. Medan magnet ini sangat kuat didalam dan lemah diluar, sehingga menjadi elektromagnet serta mampu mengaktifkan atau mengendalikan sesuatu (misal : menarik logam besi), dalam kinerja ini membuka atau menutup katup. Pada umumnya solenoida ini sering disebut operator.

- Badan katup :
Solenoide atau operator akan dipasang di atasnya, dan didalam badannya akan ada sebuah piston pembuka atau penutup yang mana operator akan berkerja. Adapun didalam operator ini terdiri dari :

a. Plunger (juga disebut jarum atau batang) :
Pada saat medan magnet dihasilkan, plunger akan ditarik kedalam pusat solenoida dan katup terbuka yang memungkinkan cairan melewati solenoida. Pada saat tidak terdapat medan magnet yang diaktifkan, plunger akan tetap tertutup dan tidak akan membiarkan cairan melewati solenoida.

b. Orifice :
Bagian lubang dimana fluida akan mengalir dari inlet menuju outlet. Pada posisi tertutup, plunger akan menghentikan aliran dengan menghalangi orifice.

Dan bagaimana cara kerja dari katup solenoida?

Katup Solenoida

Katup solenoida mempunyai prinsip kerja yang cukup sederhana. Sekarang mari kita lihat prosedur langkah demi langkah :

1. Katup solenoida tetap tertutup pada saat solenoida tidak diberi energi. Baik medan magnet maupun gaya tarik-menarik tidak dihasilkan didalamnya. Sehingga berat plunger menjadi jatuh karena gravitasi dan menutup lubang, kemudian plunger diam dan tidak ada aliran yang diizinkan melewati.

2. Pada saat solenoida diberi energi, jarum yang secara mekanis melekat pada bagian bawah plunger selanjutnya terangkat. Hal ini karena medan magnet mengangkat plunger keatas dimana plunger juga menarik jarum, sehingga lubang terbuka dan memungkinkan aliran melewatinya.
Akan tetapi, untuk beberapa jenis katup bekerja sedikit berbeda, seperti halnya yang menggunakan mata air. Dimana mata air berfungsi mendorong plunger untuk menutup katup. Sehingga ini dapat memungkinkan katup dipasang pada posisi selain vertikal (berfungsi secara gravitasi).

Mungkin kalian bertanya-tanya bagaimana solenoida dapat digerakkan?, cara kerjanya sangat sederhana. Sensor Solenoida ini diberi arus listrik dan sensor solenoida ini akan menghasilkan medan magnet. Pastinya catu daya dapat dikontrol sehingga hanya menyala atau mati saat diperlukan. Untuk cara kerja ini, dapat dilakukan dengan saklar sederhana seperti on/off manual, atau dapat menjadi sistem yang lebih kompleks dengan umpan balik yang mendeteksi kondisi tertentu melalui sensor serta dapat diprogram untuk membuka atau menutup katup berdasarkan hal tersebut.

Keuntungan Menggunakan Sensor Solenoida.

- Lebih aman :
Banyak katup lain yang dapat menyebabkan kebocoran karena tekanan berlebih, keausan, kesalahan pemasangan, dan lain-lain. Dimana pada saat bekerja dengan sifat cairan yang mudah terbakar, beracun, korosif, dan lain-lain, hal itu dapat sangat berisiko. Didalam katup solenoida, port inlet dan outlet bisa ditahan lebih mudah apabila dalam keadaan darurat.

- Respon cepat :
Dengan adanya katup ini, aliran bisa dialirkan atau terputus hanya dalam hitungan milidetik. Hal itu memungkinkan untuk dapat mengontrol aliran yang lebih baik.

- Dapat diandalkan :
Merupakan sistem yang sederhana, Sensor Solenoida umumnya tahan lama dan hampir jarang memerlukan perawatan. Sensor Solenoida ini murah dan kalian dapat menemukannya dalam beragam ukuran untuk menyesuaikan dengan pipa maupun tabung sistem hidrolik, pneumatik, dan lain-lain.

- Otomatis :
Sensor Solenoida ini dapat menghilangkan kebutuhan akan kontrol manual untuk mengontrol aliran, yang mana ini membuatnya menjadi lebih presisi.

- Mudah :
Sistem ini sangat mudah untuk diinstal dan diprogram.

Pengaplikasian atau Kegunaannya.

Apabila kalian tidak mengetahui untuk apa katup solenoida, dibawah ini merupakan beberapa pengaplikasian atau kegunaan khas perangkat ini didalam sirkuit hidrolik (cairan cair) dan pneumatik (cairan gas) :

a. Kontrol Tekanan Fluida.
b. Kontrol Suhu Yang Terlibat.
c. Kontrol Viskositas Cairan.

Adapun jenis katup solenoida :

- Penggerak Langsung :
Untuk jenis katup solenoida ini dapat bekerja bahkan dalam kondisi vakum. Namun, penggunaannya terbatas, hanya 10%. Kemudian pada saat waktunya aktif, sensor solenoida ini dapat menjadi :
N/C: Umumnya Kondisi Tertutup, yang mana jika sensor solenoida diberi energi listrik menyebabkan kondisi terbuka dan jika tidak diberi daya menyebabkan kondisi tetap tertutup.
N/O: Umumnya Kondisi Terbuka, sebagaimana kebalikan dari kondisi yang diatas (N/C), yang mana pegas akan menahan katup untuk terbuka pada saat sensor solenoid tidak diberi energi dan mendorong untuk menutup saat sensor solenoida diberi energi listrik.

- Pilot Internal :
Pada saat keadaan ini, sensor solenoida akan menggunakan tekanan internal guna mengontrol katupnya, sehingga harus menggunakan lebih sedikit energi listrik daripada dalam keadaan sebelumnya.

- Pilot Eksternal :
Seperti halnya dengan yang sebelumnya, akan tetapi menggunakan tekanan eksternal untuk mendorong pergerakan katupnya. Kondisi ini juga membantu solenoida sehingga tidak membutuhkan terlalu banyak energi listrik.

Selanjutnya bagaimana memilih katup solenoida yang sesuai?

Pada saat memilih katup sensor solenoida yang paling cocok untuk kebutuhan, terlebih dahulu kalian seharusnya mempertimbangkan beberapa faktor berikut :

- Tekanan Sirkuit :
Hal terpenting untuk mengetahui berapa tekanan sirkuit dimana katup akan dipasang, dikarenakan hal ini dapat menentukan jenis katup yang akan digunakan untuk menghemat energi listrik.

- Kecepatan yang dibutuhkan :
Kecepatan katup membuka atau menutup juga merupakan faktor penting lainnya, terlebih lagi apabila dibutuhkan dalam sistem dimana ketepatan dalam mengendalikan aliran sangatlah penting. Contohnya, dilakukan uji coba lebih lambat daripada tindakan langsung.

- T/C vs. T/O :
Kondisi ini juga dapat mengganggu kinerja. Biasanya, apabila saluran aliran ditutup dalam waktu yang lama dan hanya perlu dibuka sesekali, kondisi N/C adalah pilihan yang paling tepat, karena energi listrik ke sensor solenoida hanya perlu diaktifkan pada saat-saat tertentu. Apabila aliran umumnya terbuka dan hanya perlu ditutup dalam beberapa kondisi, maka kondisi N/O lebih baik.

- Laju Aliran :
Penting sekali untuk menentukan aliran yang akan ditangani guna menentukan ukuran port atau jumlah port (lubang).

- Ukuran Sensor Solenoida :
Ukurannya juga harus cocok untuk pemasangan disistem dan kompatibel dengan ketebalan pipa.

- Tegangan :
Kalian juga akan menemukan katup dengan karakteristik listrik yang berbeda, sebagai contohnya tegangannya. Tegangan ini harus disesuaikan dengan apa yang kalian perlukan.

Selain hal itu, perlu diingat bahwa kalian akan membutuhkan aksesori tambahan lainnya untuk pemasangannya, seperti halnya sambungan dan rangkaian kontrol listrik yang dibutukan, pipa atau selang, dan lain-lain.

Posting Komentar untuk "Sensor Selenoida"